░░░░░░░░░░░░░░░░░░░░░░░░░░░░░░░░░░░░░░░░░░░░░░░░░░░░░░░░░░░░

Bertobat dan Beruntung

Seseorang yang telah berbuat salah melanggar aturan agama maka wajib baginya untuk bertobat kepada Allah SWT. Para ulama berpendapat bahwa tobat itu hukumnya wajib. Jika perbuatan dosanya tidak bersangkutan dengan manusia maka syarat tobat yang harus dilakukan ada tiga. Pertama, harus meninggalkan maksiat yang telah dilakukannya. Kedua, menyesali perbuatannya. Ketiga, bertekad untuk tidak melakukannya kembali perbuatan maksiat tersebut selama-lamanya.

Ketiga syarat tersebut harus dipenuhi agar tobat seseorang menjadi sah. Apabila salah satu dari tiga syarat tersebut tidak dipenuhi maka tobatnya tidak sah. Betobat harus dilakukan dengan sungguh-sungguh, dan tobat itu sebenarnya akan memberikan keuntungan kepada orang yang bertobat dengan sungguh-sungguh. Allah SWT berfirman: “Dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman, supaya kamu beruntung.” (Al-Qur’an, Surat An-Nur: 31).

Selanjutnya, jika perbuatan dosa yang dilakukan seseorang berhubungan dengan orang lain, maka syarat tobatnya ada empat. Tiga syarat yang telah disebutkan, ditambah dengan satu syarat yaitu membersihkan diri atau membebaskan diri dari hak yang terkait dengan orang lain tersebut. Apabila dosa yang dilakukan terkait dengan harta benda maka harta benda tersebut harus dikembalikan kepada pemiliknya.

Selanjutnya, apabila dosa yang dilakukan berupa tuduhan zina kepada orang lain atau sejenisnya maka kewajibannya adalah meminta maaf kepada orang yang dituduhnya. Seseorang yang bertobat hanya untuk sebagian dosanya (karena dosanya memang terlalu banyak) maka tobatnya adalah sah, tetapi untuk dosa yang lain masih tetap berkewajiban bertobat.

Dalam Al-Qur’an, Allah SWT memerintahkan kepada hamba-Nya untuk selalu meminta ampun dan bertobat kepada-Nya. Artinya, tobat itu sebenarnya wajib hukumnya bagi orang yang berbuat dosa. “Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertobatlah.” (Al-Qur’an, Surat Hud: 3).

Tobat yang benar adalah tidak mengulangi lagi perbuatan dosa yang pernah dilakukannya. “Hai orang-orang yang beriman, bertobatlah kepada Allah dengan tobat yang sebenar-benarnya.” (Al-Qur’an, Surat At-Tahrim: 8).

Dalam bertobat juga disertai permohonan ampun kepada Allah SWT atas dosa yang pernah dilakukannya. Rasulullah SAW mengajarkan kepada umatnya agar selalu memohon ampun kepada Allah SWT dengan senantiasa mengucapkan istighfar. Dari Abu Hurairoh ra, ia berkata: Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Demi Allah, sesungguhnya saya mengucap istighfar dan bertobat kepada-Nya lebih dari tujuh puluh kali setiap hari.” (HR Bukhari).*


Jangan Sombong

Orang sombong biasanya memiliki kesenangan untuk meremehkan orang lain. Orang sombong memandang semua orang di dunia ini bagaikan makhluk kecil yang tidak berarti. Orang sombong menganggap dirinya paling hebat. Sifat sombong seperti itu sangat dibenci oleh Allah Swt dan orang sombong akan dijauhi oleh banyak orang.

Untuk mengetahui apakah di dalam dada kita terdapat benih kesombongan maka kita harus berinstropeksi diri. Tanda adanya benih kesombongan sebenarnya mudah diketahui, yakni jika kita ingi dan gemar dipuji orang lain maka dalam diri kita terdapat bakat untuk menyombongkan diri. Sifat orang sombong antara lain adalah senang jika disanjung.

Gila hormat juga merupakan benih kesombongan. Orang yang demikian tidak pernah bosan untuk mengatakan bahwa dirinya yang paling hebat dan banyak orang tunduk dan hormat kepadanya. Ia mengaku sebagai orang pandai dan banyak orang yang berdatangan kepadanya minta dinasehati. Ia mengaku sebagai orang kaya dan banyak orang berdatangan kepadanya meminta hartanya.

Orang sombong akan kelihatan sekali jika berada di tengah lingkungan pergaulan. Orang sombong akan selalu menonjolkan dirinya, selalu membicarakan kekuasannya, kekayaannya dan ia akan sakit hati jika ada orang lain yang meremehkan dirinya.

Allah Swt sangat membenci orang yang sombong karena kekuasaan manusia sangat kecil dan tidak ada artinya jika dibandingkan dengan kekuasaan Allah Swt. Jika kita berdiri di tepi pantai maka akan terlihat hamparan laut tak bertepi. Lalu kita celupkan ujung jari kita ke air laut dan kita angkat ke atas, maka meneteslah air yang menempel di jari tersebut. Tetesan air tersebut ibarat ilmu manusia dan hamparan lautan yang sangat luas ibarat kekuasaan Allah Swt. Perbandingan tersebut sangat jauh, pengetahuan manusia tidak ada apa-apanya dibandingkan denan kekuasaan Allah Swt. Oleh karena itu, tidak sepantasnya manusia menyombongkan diri di muka bumi.

Allah Swt berfirman dalam Al-Qur’an (Surat Lukman: 18): “Janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah Swt tidak menyukai orang yang sombong lagi menyombongkan diri”.

Kesombongan tidak boleh dibiarkan berkembang dan berlarut-larut karena akan berurat dan berakar di dalam hati. Kalau keadaannya sudah demikian, maka bagaikan penyakit kanker yang menggerogoti tubuh kita akan sulit untuk disembuhkan. Kesombongan yang sudah mendarah-daging harus dilenyapkan melalui latihan yang sungguh-sungguh. Manakala di dalam hati muncul keinginan untuk dipuji maka hendaknya segera mengucap istighfar lalu berusaha mencegahnya.

Dalam kehidupan sehari-hari, sifat sombing sangat merugikan dan membahayakan. Misalnya, seorang kaya yang sombong tidak mungkin mendapatkan simpati dari orang lain. Apabila suatu ketika ia memerlukan bantuan, maka orang lain tidak akan datang menolongnya. Bahaya lain yang ditimbulkan oleh kesombongan ialah dapat menghapuskan hak-hak orang lain. Sebab, orang sombong cenderung berbuat dzalim, dan orang demikian akan dicap jelek serta dibenci oleh masyarakat.*

0 komentar:

Posting Komentar

Designed by : Dens_Arya.com